Sunday, August 12, 2007

Tika Senja Datang


Sesekali merenung

Mentari merah di ufuk barat

Merehat diri pabila senja berlabuh

Setelah penat menikam cahaya

Ke dahan, wajah, tanah merekah,

Memberi nafas pada tumbuhan, manusia

Haiwan meliar

Hati jadi tersentuh.


Melihat sekumpulan camar

Terbang berkawan menuju pulang

Berduyun-duyun bak gumpalan benang

Hati terpesona pada hak yang ditakdirkan

Dan di kala mentari melabuhkan punggung sebentar

Hati tersentuh terasa rapuh

Memandang keindahan alam ciptaanNya

Terbentang luas.


Tika malam menyarungkan baju

Mata melihat kumpulan bintang

Berkelipan bertebaran jauh di langit

Sejauh mata memandang

Tergantung kukuh tanpa sempadan

Tujuh lapisan langit terbentang

Di mana permulaan di mana pengakhiran.


Melihat bulan yang satu

Bulat memandang sayu ke bawah

Jiwa terus bertarung, bergelut mencari jawapan

Kepada erti kehidupan duniawi

Yang luas tanpa sempadan,

Tujuan hidup perlu pasti

Kerna esok belum tentu udara pagi dapat dihirup.


Tatlaka senja datang

Jiwa bergelodak seolah pincang

Suram jiwa terasa gundah

Persoalan demi persoalan

Menyesakkan nafas

Apakah sudah dipenuhi urusan seharian

Apakah sudah ditunaikan kewajipan.


Kerdil diri terasa

Pabila senja merubah masa

Dan dosa menggamit suram

Bersalah padaNya kerna sering terlupa

Esok dinihari akan bermula

Lantas tatkala ingat

Keampunan jua yang sering dipohon

Agar berada di dalam kelompokNya.


Sesekali melihat mentari

Membenamkan diri di ufuk barat

Jiwa sayu merenung seharian

Yang sudah hampir habis,

Merenung diri di malamnya

Mencari kelemahan dan kekurangan,

Betapa kecil diri ini

Disamping keagungan ciptaan

Yang melangkaui batas masa dan ruang

Apakah diri ini mempunyai tempat

Di sisi Nya

Dengan dosa dan masa

Hampir malu padaNya

Namun mengingatkan kasih sayangNya

JanjiNya dan keadilanNya

Jiwa kembali tenang

Kembali bersemangat,

Kembali bangkit.

No comments: